Pacaran Backstreet, Enaknya Putus Atau Lanjut


Pacaran backstreet memang melelahkan, krena harus pintar-pintar mengatur strategi supaya tidak ketahuan. Kalau sudah dilanda cinta, dunia serasa milik berdua, yang lain pda ngontrak. Joke itu kerap terlontar dikalangan  para remaja  yang baru  merasakan jatuh cinta. Ketika dunia serasa milik berdua , pasangan sejoli ini  tidak akan  peduli  pada sekelilingnya. Temasuk , aturan tidak boleh pacaran dari orang tua. Bagaimanapun dua sejoli akan berusaha  agar cintanya bersatu. Akhirnya keputusan untuk memilih pacaran backstreet pun dijalani  mereka yang tidak mendapatkan restu  dari lingkungannya.

 

Jika diartikan secara arfiah, pacaran backstreet sama dengan pacaran lewat jalan belakang. Dengan gaya backstreet inilah kedua  sejoli bisa menjalin hubungan  tanpa sepengetahuan orang-orang  di sekelilingnya. Aturan dan larangan  memang berasal dari orang tua pihak perempuan. Orang tua pihak perempuan biasanya khawatir  kalaumengizinkan putrinya pacaran nanti bisa terjadi sesuatu  yang tidak diinginkan. Atau , bisa juga karena  orangtua  tak menyukai profil pacar anaknya, bisa  karena beda status  sosial, etnis, agama dan semacamnya. Namun, jiwa remaja yang masih penuh spontanitas  sertamerta tak bisa  menerima alasan orangtua. Backstreet  lah cara  pacaran yang dianggap sebagai pilihan yang paling tepat.

READ:  Gerakan Mata Bisa Jadi Indikasi Kuat Hubungan Sedang Tidak Sehat

Akibat  gaya  berpacaran seperti itu. Berikut  dampaknya :

Rentan Konflik

Dalam hubungan dengan gaya backstreet, konflik rentan sekali terjadi. Bukan hanya konflik antara anak dengan orang tua yang memang pasti ada, melainkan juga konflik dalam pasangan itu sendiri. Konflik denga orangtua, terjadi misalnya karena anak selalu menolak diajak pergi keluar. Sebenarnya bukan karena malas, tapi agar bisa bertemu dengan sang  kekasih. Lama-kelamaan tentu orangtua akan curiga dan jadi sering marah-marah pada anaknya. Sedangkan konflik dengan pasangan sendairi bis terjadi karena kesulitan mengatur janji untuk bertemu. Kalau tidak pintar-pintar memahami, pasti jadi gampang berantem.

Depresi

Pacaran backstreet memang lebih berat ketimbang pacaran normal (tidak backstreet). Konflik yang muncul lebih kompleks dan membebani pikiran. Hal itu akan memicu timbulnya stres. Sebab, ada harapan yang sama-sama tidak terpenuhi. Anak merasa orangtua tidak memenuhi harapannya, begitu juga seballiknya, anak tak memenuhi harapan orangtua. Kalau kedua belah pihak saling bersikeras, tentu energi negatif yang keluar semakin banyak. Bebaan pikiran yang awalnya hanya sebatas stres, lama-kelamaan berubah depresi.

READ:  Aku Rasa Aku Telah Berbuat Salah, Terus Gimana?

Muncul Rasa Bersalah

Backstreet dijalani tentu saja karena terpaksa. Tak heran, mereka yang menjalaninya kerap merasa bersalah pada orang-orang di sekitarnya. Sebab, pacaran lewat jalan belakang ini tak ubahnya seperti pengkhianatan.

Pikir Ke Depan

Tidak ada yang bisa mengukur kadar cinta seseorang selain mereka yang menjalaninya. Apakah cinta yang diperjuangkan dengan gaya backstreet ini  hanya sementara atau malah selamanya ? hanya mereka yang tahu dan bisa  memprediksiny. Dimana ada niat, disitu pasti ada jalan. Karena itu, sebelum memutuskan untuk pacaran,pasangan harus sudah yakin untuk melangkah bersama. Jadi , kalau memang   mau backstreet ya jangan tanggung-tanggung. Tunjukan kalau cinta yang dimiliki pasangan memang  layak diperjuangkan. Sedangkan jika dari awal sudah ragu, sebaiknya memang tak usah diteruskan  daripada pacaran backstreet tapi akhirnya hanya menyakitkan Namun kalau sudah terlanjur backstreet, mulailah berpikir kedepan. Akan diteruskan hingga pelaminan atau sampai di sini saja.

Apapun keputusan yang diambil, upayakanlah untuk melakukan hal-hal berikut :

– Komunikasi
Kalau sudah mengakui perasaan dan kondisi  anda dengan pasangan  di hadapan orangtua, akan sangat wajar muncul pertentangan. Bahkan konflik lanjutan yang tak kalah seru. Tetapi sekali lagi, cara ini harus ditempuh untuk meyakinkan  orangtua tentang hubungan tersebut. Sebaiknya komunikasikan  dengan orangtua mengenai alasan mengenalkan pasaangan. Misalnya, karena anda sudah merasa  sangat cocok dan nyaman bersamanya. Lantas, diskusikan bersama alasan orangtua melarang anda pacaran. Berkomunikasi dari hati ke hati ini juga harus dilakukan di waktu yang tepat agar pembicaraan bisa rileks tidak emosional.

READ:  Tanda Pemicu Salah Arti

– Realistis
Kalau dua langkah awal tadi sudah diupoayakan, apapun keputusannya, tetap ada pihak yang harus bersikkap realistis. Kalau hubungan bisa dilanjutkan, artinya orangtua yang harus  bersikap realistis, menerima bahawa kebahagiaan anaknya adalah  bersama pasangan yang dipilihnya sendiri. Sedangkan jika hubungan harus putus, anda dan pasangan yang harus realistis. Sebab, alasan yang diberikan orangtua tentu lebih common sense. Hargai itu sebagai satu bentuk kecintaannya terhadap anda, bukan otoritasnya sebagai orangtua.