Remaja Berisiko Terkena Hipertensi


Remaja Berisiko Terkena HipertensiKasus hipertensi pada remaja di Surabaya terungkap dari hasil penelitian tim RSU dr Soetomo Surabaya. Studi tersebut dilakukan pada 2007. Sebanyak 459 anak usia sekolah (6-24 tahun) laki-laki dan perempuan dilibatkan. Sebanyak 32 persen anak mengalami kencing darah (hematuria). Penyebabnya infeksi dan malanutrisi. Dokter Djoko Santoso PhD SpPD-KGH menyayangkan, malanutrisi pada masa pertumbuhan sering tidak disadari. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan cukup tinggi. Padahal, remaja, terutama remaja putri, membatasi diri dalam mengonsumsi makanan. Untuk mengerucutkan permasalahan, dari data penelitian dipilih remaja putri berusia kurang dari 12 tahun yang belum menstruasi. Hasilnya, 30 persen dari responden mengalami kencing darah. ‘Sebelum menstruasi, kemungkinan malanutrisi lebih kecil,’ katanya.

 
READ:  Jika Anda Sudah Melupakan Mantan Pacar

Djoko melanjutkan, sampel diambil sebelum menstruasi untuk memastikan bahwa darah dalam kencing bukan darah haid. Dijelaskan spesialis penyakit dalam tersebut, munculnya darah dalam kencing menunjukkan abnormalitas saluran kencing. Pemeriksaan dilanjutkan pada pengecekan tekanan darah. Ternyata, ada tiga orang yang mengalami hipertensi dan 12 prehipertensi. Semestinya, remaja tak mengalami prehipertensi. Karena fungsi ginjal dan jantung masih optimal, tekanan darah remaja ada di kisaran 120/80 mmHg Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, penderita hipertensi dan prehipertensi pada usia remaja rawan berlanjut pada penyakit ginjal kronik pada usia 35-40 tahun,’ jelasnya. Kasus tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXIII di Hotel Shangri-La, Surabaya, pada 2-3 Agustus.

READ:  Hal Yang Harus Diketahui Pria Sebelum Melamar Kekasihnya di Depan Umum

Konsultan ginjal-hipertensi itu menjelaskan, kegagalan ginjal akan membutuhkan proses cuci darah. Fenomena hipertensi meningkatkan risiko gagal ginjal pada usia yang lebih muda, yaitu 35 tahun. Sebelumnya, gagal ginjal rata-rata diderita pasien berusia lebih dari 40 tahun. Apalagi, sebanyak 80 persen kasus terjadi tanpa diiringi gejala sakit. Tindakan pencegahan pun terlambat Tekanan darah tinggi sering diabaikan remaja. Sebab, tidak ada rasa sakit yang mengacu pada tekanan darah tinggi,’ tuturnya. Sisanya mengalami kadar gula tinggi, sering kencing, dan komplikasi lain. Untuk menghindari risiko gangguan ginjal, Djoko menyarankan cek menjelang usia 40 tahun. Itu dilakukan jika selama hidup tidak terdapat tanda-tanda kegawatan. Namun, jika ada gejala mencurigakan, segera periksa kesehatan tanpa memandang usia. Riwayat diabetes mellitus pada anggota keluarga juga harus disikapi.

READ:  Beberapa Kekhawatiran di Saat Berhubungan Intim

Khusus untuk mengetahui risiko gagal ginjal, ada tiga pemeriksaan yang dianjurkan. Yaitu, pemeriksaan urine, tekanan darah, dan kreatinin. Normalnya, tidak ada darah dalam urine jika fungsi ginjal masih baik. Tekanan darah tidak boleh melebihi 150 mmHg. Sedangkan batas kreatinin bagi pria adalah 1,2 dan perempuan di kisaran 1,3-1,4. ‘Tiga faktor ini harus normal. Jika ada satu faktor saja yang abnormal, ada kemungkinan fungsi ginjal terganggu,’ tegasnya.

infeksi dan malanutrisi