Kata Mutiara Perpisahan Cerai


kata-mutiara-perpisahan-ceraiKAINSUTERA.COM – Mengapa harus ada kata cerai dalam hubungan suami dan istri? Perceraian adalah proses perpisahan antara dua pasangan yang sudah menikah atau dalam istilah anak muda yang masih pacaran, mereka menyebutnya dengan kata “putus” atau “bubaran”.

 

Bagaimana mungkin kita dapat melepaskan seseorang ketika begitu banyak saat-saat indah bersamanya, yang sentiasa terbayang di benak kita. Bagi Anda yang pernah nonton film religi 99 kali rindu pastinya Anda pernah mendengar kata-kata hikma yang disebut dalam filmnya salah satunya “Disaat kita ingin melepaskan seseorang ingatlah saat kita ingin mendapatkannya dulu, disaat kita tidak merindukannya, ingatlah saat pertama kali kita melafazkan cinta padanya, disaat kita mulai bosan dengannya, ingatlah saat-saat indah bersamanya.”

Percayalah, bahwa Anda akan menemukan kebehagiaan setelah diuji untuk bersabar. Setiap kehilangan ada pembelajaran yang membuat jiwa makin dewasa. Atau mungkin menjadi sebuah proses untuk melepaskan sebuah ego dalam diri. Di saat kehilangan, kita jadi meringkuk seperti bayi yang tidak punya kuasa. Kita harus melepaskan seseorang kerana kita tahu jika Allah mengambil sesuatu, Dia telah siap memberi yang lebih baik.

READ:  Kata Pujangga Cinta: Penyesalanku

Kata orang bijak, “manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Kita sedar kita tak pernah memiliki apa-apa pun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilangan?

“Suatu hari nanti kita akan rasa betapa bertuahnya diri kita. Kita akan sedar betapa beruntungnya Kita diuji sebegitu. Cuma awak kena bangun dan teruskan hidup terlebih dahulu.”

Selain itu kami kain sutera memberikan sajak untuk orang yang ingin bercerai

Perpisahan adalah takdir
suatu jalan kehidupan yang mau tak mau menimpa semua orang
tapi perpisahan yang dipaksakan adalah getir
hidup menjadi kosong
ketika mimpi berubah menjadi kata-kata bohong

Perceraian ini harus terjadi bila mimpiku dan mimpimu menjadi pahit
lidahmu dan lidahku tak pernah satu lagi
mainkan irama tentang nyanyian bisu masa depan
yang selalu kita katakan di ambang pernikahan dulu
yang pelan-pelan menumbuhkan beringin di hatimu

Kenangkanlah masa dulu
ketika kita saling jatuh hati
mengirimi sajak atau memainkan lagu
pada tepi senja yang ranum
pada belaian seperti arus air yang melembutkan batu-batu kali
dan kenangkanlah ketika aku merabaimu dengan gemetar
lalu cinta merambat pada setiap malam kita

Mengapa ini harus diakhiri
dengan kebosanan
dengan prasangka yang bukan-bukan
dan kemarahanmu meledakkan cakrawala………….

Rindu yang retak bukan berarti harus berserak-serak
Dan kita dipisahkan oleh malam yang berjarak
Namun perceraian terpaksa disabdakan pada hati yang terkotak
dan kerak mimpiku bukan lagi beludrumu tentang rindu
tapi sudah menjadi air api yang mencengkeram seluruh hidupku

Wajahmu yang dulu secantik senyum Monalisa
kini kulihat seperti Medusa
Mana bisa kulihat hatimu yang menyanyikan bait-bait kerinduan
Bila hatiku sudah tidak lagi kau pegang

Perceraian yang akan kita lakukan
mungkin saja membuat baru kehidupan
atau ini hanyalah tragedi
dimana takdir sudah lama digariskan.

Bulan perak tak lagi jadi raja malam
air mata menggenangi sarung bantal
pada malam sepi, dengan bintang seperti kuarsa yang tak bermakna
Bila saja kesederhanaan datang pada cinta yang sempurna
Maka tak perlulah ada perpisahan

Perceraian mungkin saja hanya satu bab dalam novel kehidupan
Tapi percayalah itu bab paling menegangkan